Minggu, 20 Maret 2011

MEMBANGUN JATI DIRI MASYARAKAT MENUJU MORALITAS BANGSA


NAMA                 : MUHAMMAD ROQI AZZA BIMA KASA
TTL                      : TRENGGALEK , 31 DESEMBER 1992
ALAMAT             : KEC. SAWOO, DSN. BLUMBANG RT. 2 RW. 2
SEKOLAH           : M.A HUDATUL MUNA 1 PONOROGO
Karya di presentasikan di Orasi Ilmiah Jawa Timur, tempat Gedung KORPRI madiun

MEMBANGUN JATI DIRI MASYARAKAT
MENUJU MORALITAS BANGSA

Seperti yang telah kita ketahui bahwa pendidikan merupakan kebutuhan pokok (primary) untuk terwujudnya kenyamanan dalam hidup. Bagaimana tidak? Di era teknologi dan moderenisasi dari segala aspek masyarakat Internasional generasi unggul merupakan acuan dan tujuan bagi lembaga pendidikan bangsa ini. Ironisnya banyaknya ketidak stabilan dan sistem yang tidak relevan yang digunakan dilembaga pendidikan karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Kontaminasi budaya bangsa asing yang tidak mendidik masuk tanpa filter dan diserap generasi muda dengan sangat cepat yang membuat mereka lalai dan tidak terkendali.
Busuknya pemerintahan, sistem pendidikan yang tidak relevan dan buruknya sikap siswa dalam belajar menjadi PR besar bagi bangsa ini dan yang menjadi permasalahan sekarang ialah disamping pemberdayaan pendidikan yang buruk diperparah dengan permasalahan interen pemerintah yang memperburuk citra pemerintah yang sangat tidak terpuji, hal ini dikarenakan orang yang duduk dikursi pemerintahan kebanyakan atau malah seluruhnya orang terpelajar dan berpendidikan tinggi. Tapi, apakah cukup hanya sebatas itu yang kita butuhkan untuk memimpin kita? Memajukan kita? Menjadi harapan kita? Tentu jawabnya tidak cukup, diperlukan lebih dari itu untuk memimpin negeri seluas ini.
Persoalan pendidikan dinegeri ini sangatlah kompleks, oleh karena itu semua kalangan terlibat di dalamnya (birokrat pendidikan, kepala yayasan, sekolah, yayasan, orang tua murid dan murid) perlu memiliki cara pandang yang holistik terhadap sistem pendidikan. Oleh karena itu persoalan pendidikan tidak boleh dipandang dalam persepektif persial disederhanakan dan sepintas lalu. Disamping itu kemunduran atau stagnasi karena kesalahan sistem pendidikan bagaimanapun dalam menghadapi globalisasi setiap warga pendidikan dituntut untuk senantiasa berorientasi mutu (Quality Oriented) pengembangan sumber daya (Improving of resources).
Para pembesar dan tokoh intelek negeri ini harus bisa menemukan tindakan stategis dan terobosan perbaikan mutu dan pelayanan. “the first requirement for succes in any education, then is high quality system decisions.” Memang terdengar sangat sulit untuk dijalankan tapi dengan persoalan negeri yang kacau dalam sistem pendidikan menjadi tantangan tersendiri bagi kita untuk menemukan titik terang atau titik balik kemajuan bangsa ini. Pemerintah harusnya menjadi Guide bagi rakyatnya supaya tercapainya tujuan mulia tersebut. Diperlukan kepemimpinan yang adil dan mutlak yang absolut negeri kita yang kita sebut dengan pemerintahan demokrasi. Kalau menurut pandangan saya adalah hal yang kurang pas. Kenapa? Mungkin para pejabat atau orang yang cerdas, berpendidikan tinggi tapi tidak sedikit diantara mereka cacat moral yang menyebabkan hancurnya pemerintahan dan berimbas menjadi reaksi beruntun ke segala aspek. Kita tahu sistem demokrasi adalah pemilihan umum berdasarkan voting suara tertinggi dimana setiap suara sama kekuatan dan pengaruhnya baik  ulama dengan pemabuk, polisi dengan penjahat konsequensi logis yang pahit dalam hal ini adalah jika pemimin yang terpilih bukan orang bermoral yang terjadi adalah rusaknya pemerintahan.
Disamping itu permasalahan moral dan pendidikan tidak hanya muncul di pemerintahan saja melainkan juga dari keluarga, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah orang tua kurang peduli kepada pendidikan moral anak. Anak dibiarkan bebas mungkin karena orang tuanya sibuk bekerja. Seharusnya keluarga yang baik dimana ayah bekerja, ibu mengurus, mendidik anak, mungkin orangtua berfikir seperti ini “ kerja keras supaya anak bisa sekolah setinggi-tingginya” dan menjadi kebanggaan bangsa ini tidak sepenuhnya benar logikanya tanpa bimbingan moral dari keluarga kalau anak tumbuh besar menjadi orang berpengaruh katakanlah pejabat maka pejabat ini akan menimbulkan masalah yang lebih rumit lagi mengembalikan ibu menjadi pendidik anak mungkin kedengarannya sepele tapi percalah ini jalan termudah.
Jadi sistem dan metode pendidikan sebuah bangsa sejati adalah tempat sumber daya manusia tersebut dipersiapkan. Sangat rasional jika kemajuan suatu bangsa terkait erat dalam sistem pendidikan. Carut marutnya kehidupan publik bangsa ini khususnya dalam pendidikan tak lepas dari kerancuan dalam sistem pendidikan yang nampaknya tidak pernah ditangani dengan serius.
Keberhasilan bangsa ini dalam mempersiapkan generasi unggul akan menopang bentuk globalisasi dan persaingan Internasional yang berasaskan bermoral tinggi, berpengetahuan luas, menjadikan bangsa yang ideal pincangnya keseimbangan (balance) diantara kecerdasan moral hanya menjadikan bangsa ini rapuh terhadap segala guncangan globalisasi Internasional yang mengacu pada satu kata (demolition) bangsa ini sangat rapuh dengan pengaruh budaya luar negeri yang secara tidak sadari telah menggerogoti budaya dan moral bangsa. Ini juga disebabkan oleh peradaban yang canggih pertukaran informasi yang sangat cepat seakan-akan tidak ada lagi batasan ruang dan waktu, hal ini bagus tetapi tetap saja membawa pengaruh buruk karena sebagian budaya asing yang tidak relevan dengan prinsip moral bangsa ini. Yang terjadi adalah pencampuran budaya, banyak pemuda yakni penerus bangsa ini menjadi korban teknologi. Banyak diantara mereka meninggalkan belajar dan mencuri-curi waktu untuk berkomunikasi yang tidak mendidik dengan bantuan internet. Tentunya internet sangat berguna dalam pendidikan tetapi dilain sisi jika disalah gunakan akan menjadi penghambat berkembnagnya pendidikan itu sendiri. Bila kemajuan teknologi ini tidak distabilkan dan disesuaikan dengan moral bangsa kita bukannya perkembangan dan kemajuan melainkan juga kerusakan pada pelajar yang menggunakan jasa internet yang tidak berkepentingan belajar dan hanya menjadikan si pelajar tersebut daftar rentetan produk gagal pendidikan kita.
Sarana penunjang pendidikan sangatlah penting untuk memajukan atau meningkatkan kualitas pendidikan, tapi jika diadakan penyuluhan tentang penggunaannya yang terjadi hanyalah penyimpangan yang akan membawa generasi muda khususnya pelajar kelembah dalam yang suram dikarenakan kelalaian terhadap belajar yang seharusnya menjadi prioritas utama yang malah dinomor duakan.
Dewasa ini terjadi pemerosotan moral dan kultur sopan santun yang terjadi pada para remaja khususnya mereka dibuat menikmati fasilitas teknologi yang sebenarnya membuat mereka sekarat dengan pengggeseran norma-norma. Perlahan tapi pasti kehancuran bangsa ini akan menjadi terwujut tanpa ada perumusan yang tepat. Misalnya bangsa ini mudah sekali tergesernnorma dan tatanan sosial dengan 4F (Food; fasion; fun; and financial). Ini merupakan bentuk kolonialisme yang terbaru dengan memikat remaja menjadi pengikut mode. Hal ini sudah membuat bangsa ini kehilangan atau stidaknya rusaknya generasi yang berkualitas. Ingatlah tentang Mahad Ma Gandhi tokoh India yang memulai revolusi besar-besaran negeri India dengan menyingkirkan produk asing dengan mengganti produk lokal. Hal ini mengandung pelajaran yang sangat penting tentang kemandirian dan kemudian lihatlah sekarang India menjadi negara yang berhasil.
Penerimaan bantuan (financial) dari bangsa asing tanpa fikir panjang, apakah niat terselubung dari bantuan itu hanya membuat negara ini dijajah kembali bagaimana tidak? Katakanlah kita menerima bantuan secara tidak langsung kita mendapat hutang jasa dan pendonor. Mendapat kekuatan kebijakan pemerintah harus dilandasi persetujuan mereka. Ini merupakan trik kotor legal yang dianggap penyelamat krisis. Hal ini berpengaruh pada roda pemerintahan, dan diperparah dengan masuknya faham-faham yang merusak pemikiran dan idealisme seperti liberalisme, sekulerisme, hingga pluralisme.
Bentuk imperialisme baru tersusun rapi dan tersembunyi seakan tidak berbahaya bahkan negara yang “terjajah” menganggapnya sebagai bantuan. Hal ini bersifat paradoks dan kenyataan pahit bahwa bantuan tidak sepenuhnya gratis kemungkinan ada maksud terselubung dan ini perlu diberi perhatian khusus demi kelancaran pemerintah.
Pemerintahan bangsa ini sangatlah kacau, bagaimana tidak? Terjadi kasus-kasus dikalangan pejabat, skandal-skandal politik yang mewarnai kehidupan pejabat penuh konspirasi politik, sabotase, pembohongan publik, dsb. Praktek-praktek ilegal yang menjatuhkan citra pemerintah yang menjadi pemegang kuasa negeri dengan demikian. Masyarakat tidak percaya dengan pemerintah dan jika dibiarkan fenomena ini tanpa ada pencegahan yang berarti maka tinggal menunggu waktu akan datangnya (Rabel) pemberontak dan revolusionist yang menuntut kebebasan dari persatuan Indonesia.
Indonesia negara yang luas karena luasnya, mungkin banyak sudut-sudut bangsa ini yang tidak terlihat pemerintah bagaimana penduduknya? Kualitas pendidikannya? Keamanannya? Sebenarnya peraturan pemerintah terus diperbarui tetapi lemah dalam pelaksanaan, mungkin karena pemerintah kurang berwibawa dikarenakan sering terjadi skandal-skandal rendahan yang menyedihkan. Aturan dibuat untuk ditaati bukan untuk dilanggar. Peraturan adalah pengekang kita dari perbuatan salah, jadi pada dasarnya peraturan untuk kebaikan kita.
Pemerintah yang baik akan membawa kebaikan kepada rakyatnya. Untuk itu diperlukan pemerintahan yang bersih (Clean Goverment) dinamika yang seimbang. Dengan kata lain untuk memajukan suatu pendidikan bersama secara keseluruhan diperlukan adanya kesediaan untuk memikul tanggung jawab tanpa memikirkan atau menggunakan kepentingan-kepentingan pribadi melainkan justru untuk tujuan-tujuan bersama maka pimpinan atau pemerintah haruslah membantu anggota-anggotanya menciptakan situasi-situasi yang kondisif. Daimana mereka ikut serta dalam tujuan-tujuan tersebut guna menambah wibawa pemerintah sebagai figur publik yang baik untuk dicontoh.
Pendidikan yang baik sejatinya bukan paksaan tetapi lebih bersifat membina, mendorong, dan memberi semangat motifasi tanpa henti dan pembinaan yang tepat akan melahirkan generasi unggul dan berprestasi.
Tidak pula dapat diabaikan bahwa untuk melaksanakan suatu rencana atau program sehingga mencapai hasil yang baik dan teratur. Adanya penilaian atau evaluasi yang dilakukan dengan teratur dan tepat.
Serta loyalitas pengajar terhadap kepengajaranya dan pemberdayaan  otoritas pemerinaath untuk memajukan ruang lingkup pendidikan yang penuh dilema dan permasalhan yang harus segera teruraikan. Pendidikan tanpa sistem dan perencanaan secara target akan menjadikan pendidikan tak terarah dan tidak efektif. dalam hal ini menuntut kepada tim silabus negeri ini untuk menemukan inovasi baru di dunia pendidikan. Pertimbangan lain untuk menggunakan strategi pembelajaran aktif adalah realita bahwa peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda.
Suatu tantangan besar bagi bangsa Indonesia dalam perubahan sistem pendidikan. Karena keberhasilanya sangat tergantung pada kemampuan dan intregitasnya dalam abad yang penuh tantangan. Sekarang ini menurut Tilan (1999) sistem pendidkan nasional perlu direfisi agar dapat mendukung segala usaha pengembanga sumber daya manusia. Indonesia sebagai pelaku dan tujuan akhir dari program-program reformasi itu sendiri. Konsekuensinya adalah bangsa indonesia perlu menyediakan manusia berkualitas tinggi. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut diperlukan guna menjalankan agenda reformasi secara konsisten dan bekesinambungan. Kualitas sumber daya manusia  tidak hanya ditentukan dalam prestasi akademis tetapi mencakup moral dan etika dan kepribadian yang baik guna terciptakan generasi yang unggul dan berkualitas bertanggung jawab dan jujur.
Kualitas merupakan perkara yang rumit bagi pendidikan negeri ini, nampaknya banyak orang mencoba untuk mengatasinya tetapi belum timbul. Hasil yang pasti negeri ini telah membiayai pendidikan dengan baik tetapi dalam pelaksanaanya banyak terjadi penyimpangandisebabkan disebuah buku. Faktor-faktor yang mengakibatkan lemahnya rebdahnya kualitas pendidikan di Indonesi adalah:
Pemerintah terlalu berkeinginan untuk menguasai sektor pendidikan segala permasalahan pendidikan ingin ditangani sendiri penentuan materi dari pendanaan, pengelolaan bahkan penentuan materi pelajaran pun ditentukan pemerintah. Penyelanggaran pendidikan dikooptasi oleh suatu institusi, formal, disisi lain  potensi masyarakat diabaikan seolah olah masyarakat adalah pihak yang tidak berdaya sama sekali padahal apabila potensi masyarakat tersebut digali dan di daya gunakan maka hasilnya akan luar biasa.
Perhatian utama untuk meningkatkan mutu pendidikan selalu difokuskan pada proses pembelajaran. Hal ini dinilai tidak etis karena faktornya banyak negara upaya meningkatkan mutu pendidikan didekati dari prespektif yang luar biasa yaitu secara organisator.
Guru selalu dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada siswa sementara. Itu nasib guru tidak diperhatikan sungguh-sungguh. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengabaikan taraf kehidupan guru dan tenaga kependidikan lainya tidak akan bermanfaat.
Selama ini pendidikan di Indonesia tidak memiliki standar pagu mutu (Benchmark) yang diinginkan itu seperti apa yang dinilai dari sudut pandang siswa sudut pandang orang tua. Sudut pandang pemerintah dann sudut pandang masyarakat.
Birokrasi pendidikan indonesia dijalankan oleh orang-orang yang tidak mengerti hakikat pendidikan yang sesungguhnya (Drs. Nurkolis M.m. xvii)
Lima hal tersebut ditambah praktek kotor birokrasi dan egosentrisme pemerintah akan memolokkan atau mengarahkan bentuk pendidikan berantakan tak terwujud. Proses belajar hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dirinya adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak (Dr. Wina Sanjaya M.Pd. 2005,90).
Dengan demikian jelaslah bahwa belajar seseorang itu bisa terlihat dari refleksi sifat seseorang/pelajar dan dalam hal ini penerapan mental yang baik guna terciptanya peserta didik yang unggul dan berprestasi dan berkelakuan terpelajar berperadaban bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan negeri ini telah bebas dan kekangan inperalisme. Dengan harganya yang mahal. Jutaan jiwa dan lautan darah yang dikorbankan demi negeri ini tetapi penerus yang tidak berfikir tentang hal ini dengan mudah melupakan perjuangan para pahlawan, demi terciptanya negeri yang makmur dan nasib yang lebih baik. Tetpi ironisnya tahun demi tahun setelah merdeka cita-cita mulia tersebut berubah menjadi harapan semu karena impian besar pahlawan bagi para penerusnya sirna dengan munculnya generasi yang tidak berkualitas yang mudah lalai dan lalai akan tujuan pahlawan darah serta teringat mereka terbuang sia-sia.
Kata freedom dapat dipahami secara berbeda. Oleh kebanyakan orang, ia mengkin dipahami sebagai kebebasan fisik yaitu kebebasan bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain. Ia mungkin berarti kebebasan psikologi yakni suatu ekspresi terbuka tentang sifat-sifat spontan dari watak manusia.
Benarkah bangsa ini telah benar-benar merdeka dari segala imperialisme? Benarkah telah bebas? Kenyatannya tidak pasalnya dilihat dari beberapa sudut indonesia masih terpuruk. Katanya negeri idonesia adalah negeri berkembang tetapi faktanya? Minimnya kualitas pendidikan, tingginya skandal pejabat, seakan-akan kelemahan bangsa ini sangat lengkap dari lapisan atas sampai bawah semua merata dari penegak hukum dan para masyarakat sepertinya faham egoisme yang mementingkan diri sendiri tanpa berfikir tentang orang lain dan sektoralisme mementingkan keuntungan sesaat dan merupakan dampak negtaif yang mengikuti sepertinya telah mendarah daging dan memang susah untuk memisahkannya antara keuntungan dan moral yang rendah karena fikiran fragmatis telah membelenggu masyarakat umum dalam pembentukan moral masyarakat atau bangsa dimulai dari memunculkan masyarakat agamis (religious society) masyarakat bermoral sangat kuat dengan keagamaan menagajak kepada ketenangan jiwa dan saling berinteraksi dengan yang lain. Ketidak sinambungan antara pendidikan tinggi, jabatan tinggi dengan moral tinggi dan kepedulian terhadap sesama akan menimbulkan rezim otoriter.
Minis, ironis dan paradoks inilah yang sering muncul dalam benak kita. Ketika menerawang kondisi negeri ini yang konon memiliki banyak kearifan dalam menyikapi perbedaan khususnya perbedaan agama dan kepercayaan (Dr. H.m. Undzier Saputra, 13, 2008).
Keberadaan suku-suku dan perbedaan adat dan keragaman yang lainnya dibangsa ini harus dipelihara dengan baik dan kreatif supaya keberhasilan rakyat dan perdamaian masyarakat dapat terwujud.
Benarkah (NKRI) Negara Kesatuan Republik Indonesi telah bersatu? Negeri ini begitu luas dan banyaknya pelosok-pelosok yang tidak terjangkau pemerintah karena mungkin negeri ini terlalu luas akan tetapi pembangunan, pendidikan yang tidak merata khusus dipelosok akan mempengaruhi perkembangan negeri ini tidak sanggup mengurusi negeri seluas Indonesia akan lebih baik  jika dibuat negara bagian yang memiliki otoritas sendiri dimana pemimpin dipilih dengan berdasarkan latar belakang, asal usul dan tujuan untuk memajukan daerah yang pemimpin yang memiliki semangat dan kinerja yang unggul serta pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki peluang yang lebih tinggi. Untuk memajukan apa yang dipimpinya .
Sbenarnya pemerintah sangat menentukan jalanya pemerintah disutu negara. Jalanya suatu pendidikan tidak jauh dari pemerintah, guru/tenaga pengajar, masyarakat/wali murid dan murid diantara semua ini harus ada saling dukung , saling memahami dan saling mengerti.
Pengendalian dan sensor yang keta terhadap teknologi komuikasi yag tidak mendidik akan membuat dan menjaga generasi penerus bangsa terjaga dari kontaminasi budaya negatif. Perkembangan insfratuktur sekolah beserta fasilitas teknologi terkini akan membuat proses belajar mengajar. Pemerintah telah mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit. Akan tetapi dikarenakan luasnya negeri ini sehingga pembagian dana tidak merata. Katakanlah sekolah-sekolahan kecil dan bagian pelosok menjaga kepercayaan rakyat dengan menjalankan pemerintah yang jujur dan bersih (clean goverment) untuk menjaga citra dari figur masyarakat yang taat hukum tidak korup jujur terhadap publik.
Berdasarkan permasalahan yang terjangkit oleh rata-rata bangsa ini masyarakat lebih suka berorentasi pada uang, harta benda, atau kekayaan materi lainnya untuk kepentingan sendiri keluarga atau golongannya dari pada untuk kepentingan umum. Padahal dari ajaran luhur seperti tertuang dalam nilai-nilai Pancasila yang menjadi filsafah hidup masyarakat Indonesia dituntut mendahulukan kewajiban daripada hak. KKN mengejar nikmat sesaat dan setempat, memburu barang-barang recehan, tidak esensial dan sebagainya. Tampaknya telah menjadi pemandangan hidup sehari-hari dalam masyarakat. (Prof. DR. M. Mastuhu. M.Ed.  2007: 53)
Sebagai bangsa yang bijak kita seharusnya sadar bahwasanya pendidikan sangatlah penting bagi keberlangsungannya peradaban bangsa ini, tetapi juga harus diseimbangkan pendidikan moral supaya generasi unggul dan berbudi luhurlah yang menjadi anggota atau penopang negeri ini. Pendidikan moral sangatlah penting karena dengan pendidikan moral orang akan kehilangan minat berbuat jahat, namun sebaliknya pendidikan tinggi tanpa moral akan mempermudah penjahat berkedok pejabat atau penegak hukum dalam melakukan tindakan kriminal yang sama sekali tidak etis disandang oleh orang bermartabat negara luas yang dipenuhi orang berpendidikan rendah akan menjadi negeri yang sangat terpuruk dan mengenaskan. Sedangkan negeri yang luas dipenuhi orang berpendidikan tinggi tak bermoral, hanya menimbulkan praktek-praktek sabotase, konspirasi, penipuan dan kebohongan dan juga dengan inilah suatu bangsa tidak akan tentram dan sejahtera.
Bangsa yang dipenuhi orang yang berpendidikan tinggi berperadaban dan bermoral akan membawa ke era negeri aman sejahtera jujur dan penuh perdamaian.
Pembenahan dari nol  dianggap perlu bagi negeri ini dari pendidikan moral keluarga, tatanan masyarakat yang baik, berpendidikan sekolahan hingga kursi pemerintahan. Penyiapan kader-kader penerus yang unggul dan bermoral akan membawa Indonesia kepada masa jayanya di waktu mendatang. Dorongan dan bimbingan kepada kader penerus bangsa dan arahan akan mengubah bangsa ini dari keterpurukan, perbaikan, pemerintahan dan pembersihan dari segala praktek-praktek ilegal san skandal pemerintah akan berpengaruh besar bagi perkembangan bangsa ini.
Transformasi dari masyarakat agraris kemasyarakat industrialis sesuai dengan perkembangan globalisasi diimbangi dengan kemampuan kerja guru yang profesional, demikian juga kerja guru era globalisasi ditandai dengan transformasi media masyarakat dunia. Masyarakat Indonesia pada umumnya dan guru tidak terbebas dari masalah serta kecenderungan-kecenderungan global tersebut, oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan globalisasi, maka guru perlu menerapkan produktivitas kerja dalam proses pembelajarannya (A Tabarani Rusyan; 2008; 19).
Perubahan zaman dan menuntut guru mempunyai inisiatif dan inovasi terbaru dalam menyampaikan pelajaran.Etos kerja, kualitas pendidik sangat menentukan kualitas hasil bagi peserta didik disamping keseriusan peserta didik.
Hambatan lain yang mengganggu dalam pendidikan adalah disiplin. Menurut Prof. Dr. Komarudin Hidayah “ Masalah disiplin, masalah keterlambatan waktu sudah menjadi berita yang tidak lagi mengherankan atau mengejutkan” (2007; 55). Ketidak disiplinan yang dianggap biasa dan seakan-akan menjadi rutinitas kehidupan membawa ketidak oktimalan didalam hal yang bersangkutan seperti pekerjaan dan pendidikan. Kita dapat melihat sebagai contoh negara maju pengaturan waktu dan kedisiplinan masyarakat sangatlah tinggi seakan akan tidak pernah terdengar kata macet, keterlambatan jadwal semua seolah-olah berjalan tepat waktu. Paham egoisme dan sektoralisme telah mempersulit jalannya kemajuan negeri ini. Pemikiran langka pendek membuat bangsa ini sulit berkembang. Guru besar Jepang telah berkomentar tentang bangsa ini masyarakat Indonesia tidak pernah berfikir panjang. Hanya berorentasi mengejar uang untuk memperkaya diri dan tidak pernah berfikir untuk kepentingan negara. Hal ini menyebabkan akan sulit bagi Indonesia untuk mampu bersaing dengan China dan negara-negara Asia lainnya. Dalam pembuatan investasi persatuan ekonomi dan perdagangan global karakteristik seperti ini bukan hanya terlihat dikalangan masyarakat tertentu saja, tetapi terlihat diseluruh lapisan masyarakat, juga dikalangan praktisi dan pejabat pemerintah (Kompas, 24/ 05/ 2002).
Persatuan antara masyarakat dan pemerintah dalam membangun bangsa ini merupakan modal dasar yang harus dimiliki guna kemajuan didalam segala bidang. Menurut UNESCO (1996 ; 2) “Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dewasa untuk mengembangkan kemampuan anak melalui bimbingan, mendidik dan latihan untuk peranannya di masa depan. Dalam pendidikan terdapat jantung pembangunan pribadi dan masyarakat pendidikan merupakan proses pemberdayaan atau mengembangkan semua talenta (bakat) anak mewujudkan potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan termasuk tujuan pribadi. Sebagai usaha atau lembaga kemanusiaan di dalam pendidikan dilakukan. Usaha yang penuh tujuan dan cara hati –hati atau cermat didalam pendapat ini kita tahu idialisme pendidikan yang cocok setidaknya bisa diterima dan patut di coba di NKRI.









DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Komaruddin, Prof. DR., Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Lentera Hati, Tangerang, 2008.
Nurkolis, Drs, M.M., Manajemen Berbasis Sekolah, Grasindo, Jakarta, 2003.
Anzizhan, Syafaruddin, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2004.
Purwanto, Ngalim, Drs. M, dkk, Administrasi Pendidikan, Mutiara, Jakarta, 1984.
Zaini, H., Munthe, B., dan Aryani, S.A., Strategi Pembelajaran Aktif, Insan Madani, Yogyakarta, 2008.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, FIP UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Imtima, Bandung, 2007.
Sanjaya, Wijaya, M.Pd. DR., Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008.
Rusyan, A tabrani dan Wasmin, Etos Kerja dalam Meningkatkan Produktivitas Kinerja guru, PT. Intimedia Cipta Nusantara, Tangerang, 2008.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar